Selasa, 07 Januari 2014

PENYULUHAN KESEHATAN GIZI DAN PENCEGAHAN PENYAKIT PADA MASYARAKAT

Kehidupan modern menuntut kita agar selalu berupaya memelihara dan meningkatkan kesehatan, baik
kesehatan pribadi maupun kesehatan lingkungan. Yang dimaksud kesehatan pribadi menurut Muri’fah dan
Herdianto (1992: 8) adalah “kesehatan atau kebersihan diri sendiri seutuhnya yaitu meliputi seluruh aspek
pribadi, fisik, mental, sosial agar tumbuh dan berkem-bang secara harmonis.” Sedangkan kesehatan lingkungan
menurut Muri’fah dan Herdianto (1992: 8) adalah “ Kesehatan yang berada di luar diri meliputi lingkungan
biologis dan lingkungan fisik.”
Sehat adalah tidak adanya gangguan terhadap jasmani, rohani, dan sosial. Kesehatan mencakup pribadi
seseorang seutuhnya meliputi sehat pisik, sehat mental, dan sosial. Pemahaman sehat tersebut sesuai dengan
pengertian sehat yang dikemukakan WHO yang dikutip oleh Mari’fah (1992: 1) adalah “ keadaan yang meliputi
kesehatan fisik, kesehatan mental, dan kesehatan sosial dan bukan hanya keadaan bebas dari penyakit, cacat,
dan kelemahan.”
Dengan demikian tidak cukup suatu masyarakat bebas dari penyakit, tetapi juga harus mencakup
keseluruhan, sehat secara total seperti dikemukakan WHO. Untuk mencapainya, masyarakat perlu diberi
pendidikan kesehatan yang secara sistematis akan membekali mereka dalam kehidupannya dan merupakan
sikap hidup sehari-hari.
Sikap hidup merupakan pandangan hidup yang harus ditanamkan pada masayarakat dari mulai lahir
sampai hayatnya dan harus menjadi kebiasaan hidup sehari hari dalam keluarga maupun dalam, masyarakat.
Dengan demikian, akan terbentuk pribadi-pribadi yang sehat, yang akhirnya dapat menunjang terhadap
produktivitas tenaga kerja.
Pada saat ini, sebagian besar atau 50% penduduk Indonesia dapat dikatakan tidak sakit akan tetapi juga
tidak sehat, umumnya disebut kekurangan gizi (Atmarita, 2004). Kejadian kekurangan gizi sering terluputkan dari
penglihatan atau pengamatan biasa, akan tetapi secara perlahan berdampak pada tingginya angka kematian
ibu, angka kematian bayi, angka kematian balita, serta rendahnya umur harapan hidup.
Akhir-akhir ini, di masyarakat kita mulai menyeruak banyak masalah kesehatan dan gizi yang perlu
mandapat perhatian. Kasus busung lapar misalnya, merupakan contoh betapa pemahaman kese-hatan di
masyarakat masih minimal. Sehingga kita tercengang ketika data menunjukkan bahwa di Indonesia anak-anak
Balita (di bawah lima tahun) delapan persen menderita busung lapar alias gizi buruk. Kalau proyeksi penduduk
Indonesia yang disusun Badan Pusat Statistik tahun 2005 ini jumlah anak Balita usia 0-4 tahun berjumlah 20,87
juta anak (Kom-pas, 28 Mei 2005), itu berarti saat ini ada sekitar 1,67 juta anak Balita yang menderita busung
lapar. Belum lagi kasus polio dan kusta yang tahun ini juga sempat mencuat di beberapa daerah di Indonesia.
Urusan kesehatan merupakan urusan lingkungan, sikap, dan perilaku masyarakat. Hal ini diper-kuat hasil
penelitian Hendrik L. Blum yang dikutif Saeful Millah (Pikiran Rakyat, 3 Juni 2005), bahwa dari empat faktor kunci
yang mempengaruhi derajat kese-hatan, maka aspek pelayanan hanya memiliki kontribusi 20%. Sementara
sebagian besar 80%, dipengaruhi oleh tiga faktor lainnya. Yaitu, 45% ditentukan oleh lingkungan, 30% perilaku
masyarakat, dan 5% ditentukan faktor keturunan.


0 komentar:

Posting Komentar

Template by:

Free Blog Templates